Contest Solopos

Tempemen.Id Karya Pemuda dari Ubud yang Mendunia 39

DSCF1975

Aroma manis dan gurihnya kue kering semerbak hingga ke  ujung gang, seolah menggoda setiap orang yang  sedang lewat di depan rumah bernuansa putih itu.

Sekilas, rumah yang berada di Jalan Raya Angantaka-Kutri, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali tersebut nampak biasa saja, meski letaknya tak jauh dari kawasan wisata.

Namun ternyata, setelah masuk, di dalamnya berproduksi  aneka kue kering dan camilan berbahan dasar tempe yang  aroma serta rasanya menggugah selera.

Terlihat beberapa pekerja sibuk mengolah adonan, mulai  dari mencuci kedelai, mengeringkan kue tempe hingga melakukan pengemasan di rumah tersebut.

(Para pekerja yang sedang mengolah cookies tempe di dapur Tempemen.id/Dok.Arimbihp)

Aneka kue kering dan camilan berbahan dasar tempe itu diprakarsai Benny Santosa (27), pengusaha muda asal Solo yang hijrah ke kawasan Ubud, Bali dan berwirausaha.

Usut punya usut, kudapan unik berbahan dasar tempe besutan Benny itu tak hanya diminati wisatawan lokal, namun juga digemari para turis dari mancanegara.

Sebab, bukan cuma bahannya yang unik, kue kering dan  camilan berbahan tempe tersebut juga rendah kalori dan lemak.

Sesuai bahannya, aneka produk olahan tempe yang dibuat Benny Santosa pada 2016 itu diberi nama Tempemen.id.

Saat ditemui di rumah produksi Tempemen.id, Senin (28/8/2023), Benny menceritakan, awalnya, ide membuat camilan tempe ia dapat dari tugas kuliah saat menempuh pendidikan di STP Nusa 2 Bali (saat ini berubah menjadi Politeknik Pariwisata Bali).

Saat mengerjakan tugas kuliahnya, Benny teringat pada  tempe, makanan sehari-hari masyarakat Indonesia berbahan dasar kedelai itu bisa diinovasi menjadi berbagai olahan bernilai jual tinggi.

Terlebih, mengingat kedelai yang menjadi salah satu komoditi unggulan di Indonesia justru sering mengalami goncangan harga sehingga para produsen tempe terkadang perlu impor agar harga jualnya stabil.

Perjalanan Benny meramu bahan tempe menjadi kue kering tak selamanya mulus, ia bahkan pernah berkali-kali gagal dan menghabiskan 25 kilogram kedelai tanpa hasil.

Saat itu, Benny yang masih berusia 21 tahun membuat inovasi membuat tempe dengan rasa keju dan bawang putih.

Ide membuat tempe rasa keju cukup berhasil, namun tempe  bawang putih bernasib sama dengan 25 kilogram kedelai lainnya, gagal total.

Meski demikian, kegagalan-kegagalan tersebut tak membuat Benny patah arang, ia justru semakin tertantang untuk menemukan resep dan menu olahan tempe yang bisa jadi primadona oleh-oleh Bali.

Sembari terus mencoba resep kuenya, Benny juga memasarkan tempe original buatannya ke hotel, ritel dan restoran hingga namanya pun semakin dikenal.

Harga yang dipatok untuk produk tempe olahan Benny sejak mendirikan hingga saat ini juga tak berubah, mulai Rp 1.500 hingga Rp 60.000, tergantung jenis dan ukurannya.

Setelah berkali-kali mencoba, Benny akhirnya menemukan resep kue kering tempe yang sesuai di lidah masyarakat.

Ia dengan lihai mencampur tempe, coklat bubuk pilihan dan berbagai bahan rahasia, hingga tercipta cookies atau kue kering dengan rasa manis gurih serta masih menyisakan tekstur tempe saat digigit.

Dengan modal awal 3,5 juta rupiah, Bennypun akhirnya nekat mendirikan sendiri usaha tempe dan aneka olahannya.

(Olahan tempe cookies di dapur Tempemen.id/Dok.Arimbihp)

Benny optimis, superfood asli Indonesia itu bisa jadi primadona di dunia jika digarap dengan serius dan menyesuaikan selera masyarakat.

Dugaan Benny benar, kue kering tempe miliknya sangat diminati wisatawan mancanegara, hingga penjualannya pun merambat naik.

Pembeli Tempemen.id buatan Benny tak hanya datang dari Asia, namun juga wisatawan dari Eropa dan Amerika.

Beberapa waktu sesudahnya, Benny bahkan mulai menambah pasokan kedelai dari puluhan hingga kini mencapai 200 kilogram per bulannya.

Walaupun permintaan tempe dan olahannya terus meningkat, Benny tetap bertahan menggunakan produk kedelai lokal sebagai bahan dasar utama.

Kedelai lokal Non Genetically Modified Organism (GMO) yang digunakan Benny diambil langsung dari petani di daerah Grobogan, Jawa Tengah dan Tabanan, Bali.

Hingga kini, Benny sudah memiliki beberapa olahan kue kering berbahan tempe yang paten ia buat setiap harinya yakni cookies tempe coklat, cookies tempe keju, keripik tempe dan enegy ball tempe.

Berkat ketekunannya, pemuda kelahiran 2 Oktober 1995 itu bahkan mampu meraub omset hingga 100 juta per bulan dari usaha mengolah tempe.

Tak sampai di situ saja, Benny juga menggerakkan perekonomian masyarakat dengan mempekerjakan para ibu dan beberapa perempuan Bali untuk mengolah kue kering tempe.

Di usianya yang belum genap 30 tahun, Benny juga mendapat penghargaan SATU Indonesia Awards 2021 dan diundang menjadi pembicara di sejumlah acara internasional seperti Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) dan Ubud Food Festival pada tahun 2017, 2019, dan 2020.

Mengembangkan Tempemen.id menjadi wisata edukasi

Setelah sukses meracik kudapan dan menjadi oleh-oleh primadona baru di Bali, Benny kini merambah wisata edukasi bersama Tempemen.id.

Wisata edukasi tersebut dilakukan dengan cara mengajak wisatawan untuk membuat tempe di dapur Tempemen.id.

Satu paket wisata membuat tempe dibanderol tarif  Rp 200.000 per sesi dengan durasi kurang lebih 2 jam.

Pengunjung yang mengikuti workshop tersebut bisa membawa pulang hasil karyanya sekaligus melihat proses pengolahan tempe yang higienis.

Pembuatan tempe di dapur Benny dikatakan higienis sebab menggunakan sejumlah protokol kebersihan dan sarung tangan steril sekali pakai.

(Olahan tempe di dapur Tempemen.id/Dok.Arimbihp)

Proses peragiannya bahkan sudah menggunakan mesin dan pengaturan suhu yakni tidak boleh lebih dari 28 derajat, sehingga tempe yang dihasilkan putih tanpa noda hitam sedikitpun.

Pengunjung yang ingin mengikuti wisata edukasi tersebut juga wajib melakukan reservasi agar lebih nyaman dan bisa memperhatikan proses dengan detail.

Bukan cuma pemrakarsa dan pemantik ide, Benny juga memandu langsung workshop pembuatan tempe di dapurnya dan mengajarkan menunjukkan setiap prosesnya.

Menurut Benny, wisata edukasi membuat tempe justru 70 persen berasal dari turis mancanegara seperti Amerika dan Eropa.

Meski bisa dibilang telah sukses menggeluti dunia kuliner, wirausaha hingga wisata, Benny mengaku masih terus mencari terobosan baru untuk mengembangkan Tempemen.id setiap harinya.

Ia percaya, bahwa setiap hasil tidak akan menghianati proses orang-orang yang mau berjuang dan terus berusaha.

What’s your Reaction?
+1
21
+1
1
+1
13
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Apakah anda menyukai artikel ini ?

Arimbihp

Seorang buruh yang kebetulan suka nulis dan motret

8 comments