Contest Solopos

URGENSI PELAJAR MELEK LITERASI DIGITAL -1

foto hassya

“Literasi digital bukan hanya tentang konsumsi informasi, tetapi juga tentang partisipasi aktif dalam menciptakan konten yang berarti dan bermanfaat.” – Renee Hobbs.

 

Sosial media dan remaja adalah dua hal yang terkait erat dalam era digital. Sebagai siswi SMA yang mengonsumsi media sosial setiap hari, juga sebagai editor dalam majalah sekolah, saya menyadari literasi digital menjadi salah satu keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan modern ini. 

 

Perkembangan teknologi karena revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan teknologi Internet of Things (IoT) salah satunya berdampak positif dalam hal kemudahan mengakses informasi. Lewat ponsel pintar, manusia kini dapat melakukan apapun. Gawai pun tidak hanya digunakan ansich untuk berkomunikasi.

 

Berdasarkan laporan terbaru dari We Are Social dan Meltwater bertajuk Digital 2023, jumlah pengguna internet di Indonesia per Januari 2023 mencapai 212,9 juta, atau 77 persen dari penduduk 276,4 juta jiwa.

Jumlah ini naik dari tahun sebelumnya yang berkisar 202 juta. Mayoritas pengguna internet tersebut didominasi anak muda berusia 15-25 tahun. Dan jumlah pengguna internet di Tanah Air memiliki akun media sosial aktif mencapai 167 juta orang atau sekitar 60,4 persen dari total populasi.

Namun peningkatan pengguna internet itu tidak diimbangi dengan upaya literasi digital masyarakat. Hal ini mengakibatkan merajalelanya hoaks dan hal negatif lainnya seperti cyber bullying, pornografi, penipuan, intoleransi, paparan terorisme, dan lainnya.

Indonesia pun menjadi negara yang paling banyak meminta penghapusan konten dan  informasi dari berbagai layanan Google (254.461 konten) dan 99,98% merupakan permintaan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hal tersebut sebagaimana terlihat dalam laporan Google bertajuk Content Removal Transparency Report periode Januari-Juni 2021.

Dunia digital memang menawarkan manfaat dan keuntungan yang sangat besar. Namun tanpa penggunaan dan pemahaman yang tepat, penerapan alat digital dapat menjadi luar biasa atau bahkan berbahaya, terutama jika menyangkut kelompok usia lebih muda. Anak-anak saat ini hidup di dunia digital yang berkembang yang membutuhkan peningkatan kemampuan dan keterampilan untuk menggunakan dan mengadaptasi alat digital. (Knobel & Lankshear, 2010)

UNESCO mengartikan literasi sebagai perangkat keterampilan, baik itu keterampilan kognitif, menulis, ataupun keterampilan membaca. Semua keterampilan tersebut dapat dikembangkan dan dibentuk lewat berbagai jalur, seperti lewat penelitian akademi, pengalaman, pendidikan ataupun nilai-nilai budaya.

Konsep literasi digital menurut UNESCO adalah sebagai upaya untuk memahami perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dalam hal ini berupa literasi TIK, yang mengarah fokus pada kemampuan teknis yang sifatnya untuk mengembangkan pelayanan publik berbasis digital. Baik literasi teknologi yang lebih menekankan pada pemahaman teknologi digital maupun literasi informasi yang menekankan pada aspek pengetahuan.

Masih menurut UNESCO, aspek dari literasi digital terbagi menjadi dua, yaitu dari segi aspek pendekatan konseptual dan aspek operasional. Di mana pada pendekatan konseptual memfokuskan pada perkembangan kognitif hingga sosial emosional. Sedangkan secara operasional menekankan pada kemampuan teknis penggunaan media yang tidak boleh diabaikan. (Iswandi, 2023)

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Katadata Insight Center (KIC) mengukur literasi digital melalui beberapa indikator yaitu kecakapan digital (digital skills), etika digital (digital ethics), keamanan digital (digital safety), dan budaya digital (digital culture).

Agar mampu menerapkan dan memahami literasi digital, pelajar harus membiasakan diri dan bersahabat dengan era digital. Berbagai upaya pembiasaan bisa dilakukan dengan berbagai hal untuk tujuan memenuhi indikator di atas, yaitu digital skills, digital ethics, digital safety, dan digital culture

Digital skills yaitu kecakapan pengguna internet seperti dalam menggunakan komputer atau gawai, mengunggah/mengunduh data, dan mengecek ulang informasi dari internet.

Selanjutnya digital ethics adalah  kepekaan pengguna internet dalam mengunggah konten tanpa izin, berkomentar kasar di media sosial, serta menghargai privasi di media sosial.

Digital safety merupakan kemampuan masyarakat untuk mengenali, menerapkan, meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital. Sebagai contoh pengguna internet dalam mengidentifikasi dan menghapus spam/malware/virus di komputer atau gawai pribadi, kebiasaan mencadangkan data, dan perlindungan data pribadi.

Kemudian digital culture merupakan bentuk aktivitas masyarakat di ruang digital dengan tetap memiliki wawasan kebangsaan, nilai-nilai Pancasila, dan kebhinekaan. Digital culture ini sangat penting karena banyak masyarakat yang merasa ruang digital tidak ada aturannya, berbeda ketika di ruang fisik yang memiliki tata krama. Hal ini seperti kebiasaan pengguna internet seperti mencantumkan nama penulis/pengunggah asli saat melakukan reposting dan sebagainya.

Upaya itu bisa ditempuh dengan mengembangkan keterampilan interpersonal dan kolaboratif. Melalui formula ini, pelajar dari berbagai tempat dapat berbagi ide dan belajar satu sama lain melalui platform online.

Kemudian, pelajar SMA dapat menerapkan profil pelajar Pancasila dalam berpartisipasi di literasi digital. Misalnya, menerapkan ciri profil pelajar Pancasila keenam, kreatif. Literasi digital membuka peluang bagi pelajar untuk mengeksplorasi dan mengembangkan kreativitas mereka. Pengembangan kreativitas itu bisa melalui berbagai alat digital untuk menciptakan konten, seperti video, blog, atau presentasi.

Lalu dapat juga menerapkan ciri profil pelajar Pancasila ke lima, berpikir kritis. Pelajar harus dapat mengevaluasi kebenaran informasi yang mereka temui di internet. Mereka harus memahami pentingnya sumber informasi yang kredibel dan mampu mengenali berita palsu (hoaks) atau informasi yang tidak terverifikasi.

Setelah itu kewarganegaraan digital, melalui pengembangan kemampuan untuk mempertimbangkan masalah dan memecahkan masalah kompleks di dunia digital.

 

Dengan upaya itu, pelajar dapat membawa pengalaman tersebut ke teman-temannya,  termasuk ke daerah tempat tinggal mereka dan menjadi contoh untuk kegiatan di masyarakat. (Aditya Yoga Pratama, 2022)

 

Dengan demikian dibutuhkan literasi digital yang setidaknya memuat empat indikator yaitu kecakapan digital (digital skills), etika digital (digital ethics), keamanan digital (digital safety), dan budaya digital (digital culture). Pelajar SMA sebagai bagian dari generasi muda memainkan peran penting dalam kampanye literasi digital ini. Literasi digital membuka peluang bagi remaja untuk tumbuh dan berkembang dalam era teknologi informasi yang terus berkembang pesat. Di samping itu, melalui literasi digital, generasi muda mendapat bekal keterampilan untuk mengenali berita palsu, memverifikasi informasi, dan menghindari penyebaran konten yang menyesatkan.

 

 

Era digital menawarkan dua aspek dalam hidup kita, positif dan negatif. Akses informasi yang cepat, selalu terkoneksi dengan sesama melalui media sosial,  kemudahan berkomunikasi, dan mendorong inovasi dan kreativitas.

Namun kalau kita tidak bijak dan menguasai literasi digital,akan berdampak buruk dalam kehidupan. Literasi digital menjadi formula yang tepat untuk memaksimalkan manfaat era digital dan meminimalkan dampak negatifnya.

Apalagi dampak negatif dari era digital itu bisa berdampak fatal, seperti terjebak dalam hoaks, kecanduan teknologi, masuk dalam praktik cyberbullying, gangguan privasi, dan bisa berdampak sosial yang berpengaruh pada kesehatan mental dan kesejahteraan sosial, seperti perasaan cemburu, kesepian, atau tekanan untuk selalu tampil sempurna.

 

Sangat penting bagi para pelajar, termasuk saya, untuk meningkatkan literasi digital. Sebagai kaum terdidik, pelajar membutuhkan bekal yang cukup untuk menyongsong masa depan. Yaitu masa depan yang penuh tantangan di era serba digital.

What’s your Reaction?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Apakah anda menyukai artikel ini ?

Hassya Maykayla Raihanie

Hassya Maykayla Raihanie adalah nama saya. Saya seorang pelajar di SMAN 4 Surakarta. Saya tertarik dalam jurnalistik dan ilustrasi. Selain itu, saya juga hobi bermain musik dan menggambar. Senang berkenalan dengan Anda!

Add comment