Contest Solopos

Catatan Kecil Untuk Harapan Besar : Merawat Sesuatu yang Kau Sebut Milikmu -2

1693380674137

       Terdapat 8 Besar permasalahan lingkungan di Indonesia yaitu Deforestasi dan Penggundulan hutan, Polusi Udara, Pencemaran Air, Sampah Plastik, Kerusakan Terumbu Karang, Pengelolaan limbah B3, Perubahan Iklim dan Bencana alam, serta Overfishing atau pengurasan sumber daya perikanan. Deforestasi dan penggundulan hutan menjadi permasalahan yang paling besar. Tentang bagaimana Indonesia tumbuh besar menjadi negara dengan urutan ke delapan yang memiliki hutan terluas di seluruh dunia dengan luas mencapai 94,1 juta hektar atau setara dengan 50,1% dari total daratan, fakta tersebut tertulis disini berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Planologi Kebutuhan dan Tata Lingkungan (PKTL) KLHK. Benar kata orang, semakin besar sesuatu itu diberikan, semakin besar juga pertanggung jawaban yang akan diminta. Kemudian, sebuah ironi yang muncul di otak saya mengenai pertanyaan tentang siapa yang bertanggung jawab atas hutan yang sangat besar ini? Fenomena Karhutla (Kebakaran Hutan dan Lahan) terus meningkat sepanjang 2023. Ada banyak sekali faktor yang menyebabkan karhutla, namun faktor utama yang menyebabkan kebakaran hutan adalah cuaca serta pembakaran hutan yang disengaja oleh peladang. Berdasarkan data dari KLHK selama periode Januari – Juli 2023 luas kebakaran hutan dan lahan di indonesia sudah mencapai 90.405 hektare. Seluruh kebakaran itu tercatat menghasilkan emisi lebih dari 5,9 juta ton ekuivalen karbon dioksida. Lanjut, dikutip dari wawancara yang dimuat dalam KLHK No : SP. 357/HUMAS/PP/HMS.3/10/2021 Menteri LHK Siti Nurbaya menyampaikan komitmen serius Indonesia tercermin dalam FoLu Net Sink 2030 mengenai komitmen penting, nyata, dan konkrit, mencakup kegiatan, kebijakan dan antisipasi bergagai persoalan, partisipasi semua pihak di dalam semua agenda kehutanan seperti karhutla.  

   Selanjutnya, Tentang gagasan perpindahan ibu kota. Dikutip dari djkn.kemenkeu.go.id Ide perpindahan ibu kota ternyata pertama kali dicetuskan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 17 Juli 1957, selisih 12 tahun setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, hal tersebut dikarenakan kemacetan dan banjir yang sering melanda Jakarta. Terdapat tiga opsi yang muncul pada saat itu, yaitu  yang pertama, tetap mempertahankan jakarta sebagai IKN sebagai pusat pemerintahan dengan melakukan pembenahan. Kedua, Jakarta tetap menjadi IKN namun pusat pemerintahan dipindahkan ke daerah lain. Ketiga, Membangun IKN baru. 66 tahun berjalan,  Presiden Joko Widodo pada tanggal 29 April 2019 memutuskan untuk memindahkan IKN keluar pulau jawa dan dicantumkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Mengengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. IKN atau disebut Ibu Kota Nusanta memiliki 8 Prinsip dasar yang disebutkan dalam webnya, yaitu :

  1. Mendesain sesuai kondisi alam,
  2. Bhineka tunggal ika,
  3. Terhubung, aktif, dan mudah diakses
  4. Rendah Emisi karbon(Net zero emission di IKN pada 2045
  5. Sirkuler dan tangguh
  6. Aman dan terjangkau,
  7. Kenyamanan dan efisiensi melalui teknologi
  8. Peluang ekonomi untuk semua.

   Berkaitan dengan hal tersebut, dalam buku Pioneers In Green Science disebutkan bahwa Pembangunan ekonomi yang hanya bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya alam tanpa memperhatikan masalah lingkungan atau yang dikenal sebagai “Business as usual” dapat menimbulkan resiko resiko yang membahayakan kehidupan manusia dan tekanan terhadap pertumbuhan ekonimi serta tidak akan berkelanjutan. Dijelaskan juga bahwa perlu adanya suatu strategi untuk melestarikan lingkungan dengan memakai bahan baku atau materi dari energi secara efisien, didukung dengan penggunaan teknologi akrab lingkungan, sesuai dengan sasaran kerangka transformasi menuju ekonomi hijau, serta dilaksanakan oleh setiap lapisan masyarakat secara global dari berbagai kalangan dan sektor akan dapat membantu agar planet bumi. Setelah 62 tahun berlalu, pemindahan IKN baru digagas serius oleh Gagasan yang dibuat oleh manusia manusia berpendidikan tinggi, berwawasan luas, dan berorientasi kedepan. Namun tangan kecil ini menuliskan kekhawatiran yang sedikit banyak sudah terjadi saat ini contoh kecil adalah fenomena polusi ibu kota yang akhir akhir ini menghantui masyarakatnya, membuat saya berfikir apakah nanti, saat tulisan ini sudah dilupakan bahkan hilang, akankah IKN di Kalimantan menjadi jakarta selanjutnya dengan seluruh kepadatannya juga menjadi kota berpolusi? Jika sampai itu terjadi kembali ke pertanyaan tanggung jawab siapa? Yang kecil, masih terlalu kecil untuk menyadari bahwa dunia ternyata seluas ini, yang tua sibuk menghidupi, merawat, dan mencari nafkah untuk anaknya katanya. Ditentang atau diterima, akan saya katakan sisa satu generasi yaitu yang muda.

       Yang muda, pundaknya sudah cukup kuat dan belum terlalu rapuh untuk diberi beban, maka diberikanlah sebuah beban berbentuk harapan ini untuk kalian. Harapan pertama adalah rawatlah sesuatu yang kau sebut itu milikmu, jagalah sesuatu yang sudah dititipkan kepadamu tanpa dirusak, dan ambil sesuatu di dalamnya tanpa menjarah. Peran Pemuda untuk lingkungan yang belakangan ini namanya sedang melambung tinggi dan mendapat banyak apresiasi adalah Pandawara. Dikutip dari wikipedia, Pandawara adalah kelompok penggerak dan pemengaruh yang berfokus pada permasalahan sampah dan kebersihan lingkungan, kelompok tersebut terdiri dari lima orang pemuda asal Bandung, yaitu Agung Permana, Gilang Rahma, Muhammad Ikhsan, Rafla Pasya, dan Rifki Sa’dulah. Nama nama orang hebat yang berani memulai dan mempelopori gerakan kebersihan lingkungan. Menurut keterangan dari akun instagram Pandawara, dalam satu tahun mereka sudah membersihkan 103 sungai dan menyingkirkan 73 ton sampah. Pandawara menggunakan platfrom media sosial dengan sangat baik, hal tersebut memberikan impact yang sangat besar, terbukti dengan bergabungnya 3.700 volunter untuk bersih bersih di Pantai Sukaraja Lampung.

       Selain pandawara, terdapat universitas pelopor yang sudah memulai aksinya memperhatikan lingkungan, yaitu Universitas Indonesia. Kampus tersebut mengembangkan program program untuk mewujudkan UI sebagai green campus dengan berbagai cara, yaitu didirikannya pusat riset perubahan iklim (research center for climate change, RCC-UI), Memberikan Insentif riset di bidang green science, Pembangunan gedung berwawasan lingkungan, MEmbangun jalur sepeda, Penghijauan, Penanaman pohon BOAB (adonsonia digitata), Konservasi air, Pengelolaan sampah, Dan terakhir menerapkan pemeringkatan fakultas berdasarkan parameter Green Campus.  Kegiatan tersebut tentu saja melibatkan banyak institusi serta peran aktif mahasiswa sebagai generasi muda. Disebutkan juga dalam buku Pioneers of Greens Science, mahasiswa yang memiliki memiliki cara pandang positif terhadap program kampanye sosial dapat sangat membantu. Mahasiwa tidak bisa dipandang sebagai klien atau customer penerima layanan jasa pendidikan, melainkan mahasiwa harus dipandang sebagai bagian dari civitas akademika, aset, dan SDM yang kompeten untuk menjadi perubaha di dalam masyarakat. Catatan kecil ini ditutup dengan harapan besar berupa terbentuknya pandawara lain di setiap daerah yang dapat mengurangi atau bahkan mencegah Karhutla, Serta disusulnya penerapan Green Campus di seluruh universitas yang ada di Indonesia.

 

What’s your Reaction?
+1
0
+1
1
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Apakah anda menyukai artikel ini ?

Ibtisa Karimah

Mahasiswa kesehatan tingkat akhir yang mempunyai impian menjadi seorang penulis yang tulisannya dapat dibaca dan dipahami oleh seluruh strata pendidikan.

1 comment