Contest Solopos

Guru Milenial Harus Membumikan Budaya Literasi untuk Melawan Berita Hoax 13

gadget

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin masif memengaruhi sendi-sendi dalam kehidupan manusia. Adapun pengaruhnya antara lain dalam media komunikasi, kehidupan sosial, perekonomian, budaya, dan tentu saja dalam bidang pendidikan. Di dalam dunia pendidikan pun tak terlepas dari adanya perkembangan di dalamnya.

 

Perubahan ini juga disebut era perkembangan digital dalam dunia pendidikan. Transformasi digital dalam dunia pendidikan pun sangat dibutuhkan sekali. Lembaga pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi tak dapat terlepas dari digitalisasi. Semua ada dalam jangkauaan di mana saja dan kapan saja.

 

Transformasi digital memanglah sangat penting, sebab pendidikan yang awalnya dilakukan secara konvensional berubah menjadi berpangku pada teknologi. Semakin masif perkembangan teknologi di era digital membuat semua pengetahuan bisa didapatkan dengan mudah, sekali pencet saja.

 

Jika di era sebelumnya, siswa hanya mendapatkan pengetahuan dari guru, siswa datang kemudian mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru ataupun mencatatnya. Maka pada era digital ini siswa mencarinya dengan mudah di dunia maya, dengan berbagai macam alat. Siswa bisa mendapatkan informasi melalui internet.

 

Oleh sebab itu, seorang guru harus mampu membawa siswanya menuju era transformasi digital ini. Seorang guru harus mampu mengubah pola pengajaranya di dalam kelas yang awalnya hanya ceramah, diskusi, dan lainnya.

 

Seiring perkembangan teknologi ini, seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran atau mengajar tidak hanya duduk manis ataupun berkeliling di dalam kelasnya, tetapi dapat menggunakan platform online meeting yang dapat dilakukan di mana saja, dan kapan saja. Pembelajaran di era ini akan mampu membuat pembelajaran yang mengasyikkan bagi mereka yang mampu mendayagunakan teknologi.

 

Namun, tak mudah untuk dapat mewujudkan transformasi digital itu. Perlu diperhatikan pula bagaimana seorang guru dapat mewujudkan transformasi digital kepada peserta didik. Hal pertama yang dapat dilakukan oleh guru sebagai upaya mewujudkan transformasi digital adalah membantu siswa mengenali berita hoax, sebelum bicara lebih jauh mengenai transformasi digital.

 

Diskusi bertajuk uji wawancara Uji Kompetensi Program Profesi Guru (UKPPG) dengan dua tim penilai beberapa minggu lalu membuat saya ingin menjadi seorang guru yang mampu membawa siswa dan siswinya memerangi berita hoax yang banyak berseliweran untuk mengisi kemerdekaan Indonesia ini. Bahasan yang ditanyakan pada ujian itu mengenai penggunaan teknologi oleh seorang calon guru, terutama calon guru milenial di sekolah PPL.

Sebagai seorang guru di sekolah tempat PPL, para siswa saya ajak untuk tidak sekadar menggunakan gawai hanya scroll-scroll media sosial atau sejenisnya saja. Melainkan menggunakan gawai tempat belajar. Peserta didik yang kesemuanya itu laki-laki dari kelas X diajak untuk mencari struktur dalam puisi di internet.

 

Kebanyakan dari mereka pun banyak yang mengutip dari beberapa situs website media massa besar dan ada yang mengutip dari blogspot atau blog-blog pribadi. Apabila mengutip dari blogspot ataupun blog-blog pribadi memang rawan tersisipi berita hoax. Begitulah jawaban yang saya berikan kepada dua tim penguji itu.

 

Peran dari guru milenial diperlukan untuk dapat menyaring berita-berita hoax dari media-media online tersebut, termasuk media online besar di pusaran peserta didik. Guru sebagai pedidik generasi bangsa mempunyai peranan yang penting dalam menangkal muncul dan menyebarnya berita hoax itu. Di dalam pembelajaran berbasis gawai yang di dalamnya terdapat pembelajaran, diperlukan edukasi kepada siswa.

 

Hal ini dilakukan oleh guru sebagai upaya pencegahannya. Sebab tak semua siswa dapat menyaring berita hoax. Pemberian edukasi berupa ciri-ciri berita hoax, dampak negatif yang ditimbulkan dari berita hoax jika tak dapat memilahnya, dan cara menangkal berita hoax ketika mengerjakan sebuah tugas dari guru berbasis gawai. Hal itu merupakan sebuah keharusan.

 

Guru juga dapat mengupayakan menangkal berita hoax dengan budaya literasi di sekolah. Guru sebagai stakeholder yang harus berperan dalam upaya membudayakan literasi, mempelopori, hingga menggalakkan gerakan memberantas berita hoax. Literasi merupakan sebuah modal dasar dan paling utama dalam memerangi berita hoax. Literasi tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan dalam menganalisa sebuah teks, memahami dan menuliskan gagasan atau ide.

Seorang guru harus mencoba membudayakan gerakan literasi itu dengan membudayakan berpikir kritis (critical thinking). Berpikir kritis merupakan metode berpikir dengan cara skeptis artinya kita harus mengaitkan berita-berita lain secara tepat sehingga menimbulkan seperangkat ide terhadap suatu fenomena, selanjutnya menerapkan cara analitis atau penggunaan premis-premis yang berhubungan dengan berita hukum kausalitas yang dicari sumber sebab sehingga mnculnya akibat dan praktis atau pelaksanaan yang merukan hasil dari penarikan kesimpulan dari berita yang telah dianalisis sebelumnya (Kulbi, 2020; Rosyidi, 2017).

 

Pendampingan berpikir kritis terhadap siswa menengah dipikir perlu karena pada usia ini banyak dari mereka yang tela memiliki gawai pribadi, tidak lagi bergantung pada orang tua dalam berkomunikasi dengan guru atau sejawat (Widiyanti, 2021). Pendampingan ini sangat berguna untuk para siswa dalam menerima berita yang masif di gawai tersebut. Pendampingan yang dilaksanakan sedini mungkin dapat mencegah mereka tersandung UU ITE, menghasilkan pribadi yang kritis terhadap berita yang diterima, dan menghentikan laju penyebaran berita hoax tersebut.

 

Literasi yang baik pula akan menyebabkan siswa, terbiasa menggunakan akal sehat dan logika dalam menanggapi berita hoax dan lebih berhati-hati dalam menyikapinya. Sebab siswa mau membaca dan membandingkan. Sebaliknya kalau gerakan literasi tidak digalakkan, kita akan seringkali mendapatkan seseorang yang hobinya hanya “copy paste” dan “share” informasi tanpa mau mengkaji dan menelaahnya yang pada gilirannya akan menyebabkan maraknya hoax. Semua bisa di mulai dari sekolah.

What’s your Reaction?
+1
10
+1
1
+1
2
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Apakah anda menyukai artikel ini ?

RatihKartika

Mahasiswa PPG Prajabatan FKIP UMS

3 comments