Contest Solopos

Menabung Sebagai Implementasi Literasi Keuangan Bagi Pelajar yang Bijak Kelola Keuangan 28

Menabung Sebagai Implementasi Literasi Keuangan Bagi Pelajar yang Bijak Kelola Keuangan
Wawancara bersama dengan Abna Fayyad Ghifari, pelajar kelas XI.9 SMA Al Islam 1 Surakarta.

 

Suatu negara dapat dikatakan berhasil dalam proses pembangunannya ketika telah memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil. Pertumbuhan ekonomi yang stabil dapat memberikan dampak positif berupa kesejahteraan hidup yang lebih baik bagi semua tingkat masyarakat di negara tersebut. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang stabil setiap tahunnya meskipun presentasenya tidak terlalu tinggi (BPS.go.id, 2019). Menurut Sukirno (2012) pertumbuhan ekonomi disuatu negara dapat ditingkatkan melalui berbagai aspek salah satunya ialah melalui peningkatan investasi serta tabungan di kalangan masyarakat terutama pelajar. Sebelum itu tentunya kita harus mengenalkan terlebih dahulu apa itu literasi keuangan.

Pelaksanaan edukasi dalam meningkatkan pemahaman tentang literasi keuangan di masyarakat sangat diperlukan terutama di kalangan pelajar. Dengan semakin pesatnya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, lembaga keuangan mempunyai peran yang penting dalam kehidupan di masyarakat luas. Dengan adanya berbagai lembaga keuangan yang bervariasi menjadikan tiap lembaga berupaya untuk menyalurkan berbagai produk dan jasa keuangan kepada masyarakat secara menyeluruh. Supaya pelajar dapat menentukan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhannya, pelajar harus memahami dengan benar manfaat dan risiko, mengetahui hak dan kewajiban serta yakin bahwa produk dan layanan jasa keuangan yang dipilih dapat meningkatkan kesejahteraan pelajar, karena hal tersebut sangatlah penting. Namun, faktanya di Indonesia terutama di kalangan para pelajar literasi keuangan masih menjadi hal yang cukup asing. Berikut adalah data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2023 tentang literasi keuangan di Indonesia.

Kemudian dikutip dari laman KOMPAS.com Jakarta, juru bicara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sekar Putih Djarot menyebut pelajar Indonesia menjadi kalangan yang rentan dalam memahami dan menggunakan layanan keuangan. Pasalnya, tingkat literasi dan inklusi keuangan secara nasional masih rendah yang tercermin dari indeks literasi keuangan 38,3 persen dan indeks inklusi keuangan 76,19 persen. Selisih yang cukup besar ini mengindikasikan sebagian besar masyarakat sudah memiliki akses ke berbagai lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan. Namun, hanya sedikit yang memahami manfaat dan risiko dari lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan. Inilah salah satu alasan yang membuat masyarakat Indonesia banyak yang terjerat investasi bodong hingga pinjaman online (pinjol) ilegal. Sekar mengatakan, jika tingkat literasi dan inklusi keuangan nasional saja sudah rendah, maka tingkat literasi dan inklusi keuangan di kalangan pelajar tentu lebih rendah lagi.

Rendahnya tingkat literasi dan inklusi keuangan di kalangan pelajar ini yang membuat banyak pelajar tidak memahami pentingnya menabung dan berinvestasi sejak dini. “Tingkat literasi dan inklusi keuangan yang rentan ini membuat kelompok pelajar lebih rentan dari sisi keuangan, masih banyak yang belum memahami keuangan sejak dini,” ujarnya saat acara Permata Bank di SD Budi Wanita, Jakarta, Jumat (28/10/2022). Oleh karenanya, Presiden Joko Widodo menargetkan tingkat inklusi keuangan mencapai 90 persen pada 2024 sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 114 Tahun 2020 tentang strategi nasional keuangan inklusif. Selanjutnya, berdasarkan survey nasional literasi dan inklusi keuangan pada tahun 2016 yang dilakukan oleh (OJK 2016), menunjukkan indeks literasi keuangan masih sebesar 29,66% (Otoritas Jasa Keuangan, 2016; Pulungan et al., 2018).

Tingkat literasi keuangan yang rendah banyak terjadi pada masyarakat berpenghasilan rendah karena kondisi keuangan mereka masih belum cukup, mereka tidak banyak bersentuhan dengan produk dan layanan perbankan karena mereka lebih mengandalkan tabungan bersifat tradisional (Kusuma, 2014). Pemerintah bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan nasional menggalakkan program edukasi keuangan bagi anak sejak usia dini sehingga anak-anak Indonesia memiliki tingkat literasi keuangan yang baik, tidak bersifat konsumtif dan hedon, mampu mengendalikan pengeluaran, mampu membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Sejak awal mereka belajar, semakin dini mereka belajar pentingnya menabung maka akan semakin besar manfaatnya bagi masa depan.

 

Wawancara dengan bapak Anjar Miska Prayoga, Guru Ekonomi SMA Al Islam 1 Surakarta (Dokumentasi Pribadi)

Untuk memperkuat fakta tersebut agar semakin valid, saya mencari informasi dari beberapa narasumber yaitu salah satu guru ekonomi serta beberapa pelajar di sekolah saya mengenai kondisi literasi keuangan di kalangan pelajar, seputar pengetahuan para pelajar tentang literasi keuangan dan tanggapan guru tentang literasi keuangan. Menurut Bapak Anjar Miska Prayoga, S.Pd (Guru Ekonomi)., literasi keuangan atau finance education belum optimal terkhusus belum menjadi arus utama bagi generasi pelajar milenial maupun generasi Z. Kemudian literasi keuangan di sekolah sebenarnya sudah disampaikan terutama untuk pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) di kelas X, yaitu materi tentang skala prioritas dan juga literasi keuangan di situ bisa seorang guru memberikan praktik pengelolaan keuangan dengan cara membuat daftar skala prioritas atau memanfaatkan aplikasi di playstore, seperi aplikasi pengatur keuangan. Bahkan literasi keuangan dianggap bukan menjadi unsur utama karena banyak materi yang lainnya, padahal literasi keuangan itu penting, dari guru sendiri dimungkinakan juga belum ada kesepakatan materi hal tersebut juga yang menjadi kendalanya. Bukan hanya hal tersebut, para pelsajar pun juga menganggap hal tersebut bukan hal yang penting apalagi tidak semua pelajar tertarik untuk mempelajari literasi keuangan. Sehingga, para pelajar masih banyak mengalami kendala dalam mengendalikan keuangan mereka. Mereka belum bisa membedakan mana yang hanya keinginan dan mana yang benar-benar menjadi prioritas dengan adanya trend fashion atau trend mode membuat para pelajar itu tidak mau ketinggalan fashion dan mode dan rela mengeluarkan uang walaupun belum tentu itu merupakan prioritas mereka. Dalam hal ini semua pihak harus bekerjasama bukan hanya guru ekonomi saja melainkan gurus-guru yang lainnya juga di lingkungan sekolah. Bapak Anjar juga setuju bahwa literasi keuangan dapat dijadikan langkah awal pelajar bijak dalam mengelola keuangan, karena hal tersebut merupakan hal yang sangat penting dan pedoman awal tombak dasar langkah pengetahuan awal bagi mereka untuk mengelola keuangan dengan bijak. Contoh penerapannya sendiri pada anak asrama kalau mereka tidak mengelola keuangganya dengan tidak bijaksana, pada akhirnya uangan yang diberikan oleh orang tua mereka sudah habis. Itu adalah salah satu akibat mengabakan literasi keuangan yang biasa disebut lebih besar pasak daripada tiang nya. Untuk mengatasi hal tersebut Bapak Anjar mengutarakan beberapa cara seperti menegenalkan video literasi keuangan yang bersifat persuasif, menjadikan literasi keuangan sebagai projek, melalui infografis, dan media-media lainnya. Tetapi, menurut Bapak Anjar metode edukasi yang paling mengena yaitu praktik seperti membuat daftar pengeluaran atau skala prioritas dengan jangka waktu mingguan, bulanan, maupun tahunan.

Wawancara dengan Ibnu Mas’ud, pelajar kelas Xl.2 SMA Al Islam 1 Surakarta (Dokumentasi Pribadi)

Sebagai opini perwakilan pelajar saya juga bertanya kepada teman-teman saya mengenai literasi keuangan dan pengelolaan keuangan. Dari emapt teman saya yang saya tanyai kurang lebih memahami tentang literasi keuangan walau hanya sebatas mengetaui dan belum menerapkannya. Salah satu teman saya yang sudah memahami tentang literasi keuangan adalah Ibnu Mas’ud. Menurut Ibnu Mas’ud sendiri literasi keuangan adalah suatu cara untuk mengelola pengeluaran dan pemasukan keuangan itu sendiri. Ibnu juga mengatakan bahwa dirinya belajar literasi keuangan dan bijak mengelola keuangan bukan disekolahan, melainkan belajar sendiri dan edukasi dari orang tuanya. Dia sudah dibiasakan menabung sejak dini oleh kedua orang tuanya, yang mana kebiasaannya tersebut dewasa ini bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri. Penerapan literasi keuangan yang sudah Ibnu terapkan yaitu dia sudah terbiasa membuat catatan keuangan, entah itu harian, mingguan atau bulanan yang mana menjaga Ibnu dari sifat konsumtif pelajar yang saat ini bisa dibilang gila oleh trend. Ibnu juga jadi berinisiatif menabung karena teah mengetahui manfaat dari hal tersebut, Ibnu menabung dengan harapan dimasa depan dia akan memiliki pegangan uang ketika kebutuhsan mendesak menghampiri. Walaupun begitu Ibnu Mas’ud mengakui bahwa dirinya belum dapat dikatakan sebagai pelajar yang bijak dalam mengelola keuangan tersebut, terkadang dia juga masih belum  bisa mengontrol penngeluarannya tersebut. Dari pernyataan Ibnu tersebut terbukti bahwa bukan dari sekolahan saja literasi keuangan diajarkan, literasi keuangan ini juga dapat diajarkan atau diedukasi lewat kedua orang tua yang  nantinya menimbulkan inisiatif si anak tersebut dalam mencari tahu tentang literasi keuangan yang akan menjadi langkah awal bijak dalam mengelola keuangan.

Wawancara dengan Raden Hario Bimo, pelajar kelas Xl.3 SMA Al Islam 1 Surakarta (Dokumentasi Pribadi)

Kemudian teman saya yang lain, yang sudah memahami benar literasi keuangan ada Raden Hario Bimo. Bimo berpendapat bahwa literasi keuangan sendiri memiliki makna sebuah ketrampilan dimana kita bisa membuat pilihan tentang keuangan. Bimo sendiri juga mengakui bahwa literasi keuangan yang ia dapatkan bukan dari orang tua maupun guru ekonomi, melainkan dari otodidak dan guru prakarya, Bimo mengingat guru prakaryanya pernah mengajarkan bimo tentang how to manage your money dari situ Bimo dapat memahami bagaimana caranya mengelola keuangan dengan bijak. Penerapan literasi keuangan yang bimo sudah lakukan adalah menabung di bank. Dia mengaku bahwa dia menabung atas inisiatif diri sendiri tanpa adanya perintah dari siapapun. Manfaat yang Bimo rasakan adalah hidup nya menjadi lebih tertata rapi.Tetapi, Bimo mengakui bahwa dirinya belum bisa dikatakan sebagai pelajar yang bijak dalam mengelola keuangan, karena Bimo masih belum bisa konsisten dalam hal tersebut. Bimo bercerita bahwa dirinya sempat mencoba membuat catatan keuangan dan skala prioritas namun masih gagal. Tetapi, hal tersebut bukanlah hal yang buruk. Hal tersebut juga menjadi langkah awal Bimo dalam memahmi dan menerapkan salah satu bentuk literasi keuangan.

Wawancara dengan Abna Fayyad Ghifari, pelajar kelas Xl.9 SMA Al Islam 1 Surakarta (Dokumentasi Pribadi)

Literasi keuangan merupakan pengetahuan tentang mengelola uang. Edukasi literasi keuangan disekolah masih sangat jarang dan terbatas, menurut Abna Fayyad Ghifari. Menabung merupakan salah satu hal yang dapat ia lakukan untuk menerapkan literasi keuangan. Hal tersebut dilakukan oleh Abna sebagai bentuk memahami literasi keuangan, manfaat menabung menurut Abna Fayyad sediri adalah menjaga keuangan agar tetap stabil, dalam mengeluarkannya tidak konsumtif, serta apabila dimasa depan terjadi pengeluaraan tak terduga Abna akan siap karena memiliki uang tabungan tersebut. Selain itu, Abna Fayyad juga sudah melakukan manajemen keuangan dengan cara membagi uang saku nya dengan skala prioritas, mana kebutuhan yang Abna inginkan dan mana yang dibutuhkan. 

Nyatanya, selain pelajar yang memahami literasi melalui edukasi guru juga ada juga pelajar yang mengaku memang belum mendaptkan materi tentang literasi keuangan di sekolah. Haniif menjadi salah satunya, Haniif memang mengetahui literasi keuangan namun dirinya mengakui ia mengetahui itu semua secara otodidak bukan dari edukasi guru di sekolahnya, dan membutuhkan informasi lebih lanjut dari gurunya. Literasi keuangan yang Haniif lakukan adalah salah satunya dengan menabung, walupun belum konsisten tetapi hal ini dapat menjadi langkah awal yang baik untuk menjadikan generasi pelajar yang bijak sdalam mengelola keuangan teritama anak Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dari pernyataan-pernyataan teman-teman saya dapat disimpulkan mereka mengetahui literasi keuangan dan menjadi langkah awal mereka menjadi pelajar ysang bijak dalam mengelola keuangan, walaupun mereka belum konsisten hal ini sudah menjadi pencerahaan bahwa para pelajar yang mengetahui tentang literasi keuangan cenderung terjamin kehidupannya di masa depan. Rata-rata dari mereka memang mengambil langkah awal dengan cara menabung, tapi ada juga yang sudah terbiasa dalam mengelola catatan pengeluaraan seperti Ibnu Mas’ud. Hal ini juga mendukung opini Bapak Anjar yang dalam menerapkan literasi keuangan saja tidak cukup hanya dilakukan guru ekonomi melainkan juga guru lainnya, bahkan orang tua serta kesadaran pribadi para pelajar. Dan benar adanya bahwa skala prioritas dan literasi keuangan tersebut sudah disampaikan terutama di kelas 10 di Sekolah Menengah Atas (SMA), dan mendukung pernyataan Bapak Anjar lagi, sebagian para pelajar yang menjadi nara sumber saya lupa bahwasannya literasi keuangan di sekolah memang sudah disampaikan hanya saja bukan menjadi fokus utama. Para pelajar juga mengakui bahwa mereka kebanyakan mengetahui litersi keuangan secara otodidak, bukan dari guru mereka.

            Berdasarkan fakta-fakta tersebut saya sendiri juga sebagai kalangan pelajar mengakui hal tersebut, bahwa literasi keungan di kalangan pelajar seperti saya masih cukup rendah. Maka dari itu bukan hanya pemerintah saja yang harus bergerak dalam upaya pemecahan kasus ini, guru serta orang tua harus ikut mengedukasi anak-anak maupun anak didik mereka supaya menyadari literasi keuangan dan menjadi awal generasi pelajar yang baru, generasi pelajar yang bijak dalam mengelola keuangan.

Dimulai dari penjelasan mengenai pengertian literasi keuangan sendiri. Literasi sendiri memiliki makna yaitu pengetahuan. Sedangkan, keuangan merupakan aspek penting yang melekat dalam kehidupan masyarakat luas yang dimiliki dapat membantu individu dalam menentukan keputusan-keputusan dalam menentukan produk-produk finansial yang dapat mengoptimalkan keputusan keuangannya. Pengetahuan tentang keuangan menjadi sangat penting bagi individu agar tidak salah dalam membuat keputusan keuangan nantinya (Margaretha dan Pambudhi, 2015). Lusardi (2014) sendiri menyatakan bahwa literasi keuangan terdiri dari sejumlah kemampuan dan pengetahuan mengenai keuangan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu mengelola atau menggunakan sejumlah uang untuk meningkatkan taraf hidupnya dan bertujuan untuk mencapai kesejahteraan. Jadi, saya simpulkan makna literasi keuangan bagi saya sebagai salah satu pelajar di Indonesia yaitu pengetahuan mengenai pro dan kontra dalam menggunakan uang sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya menjelaskan tentang manfaat dari literasi keuangan, manfaat literasi keuangan sendiri sebagai berikut:

Selanjutnya menjelaskan tentang manfaat dari literasi keuangan, di mana manfaat dalam berliterasi keuangan sendiri dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, pelajar yang telah memiliki kemampuan atau pengetahuan mengenai literasi keuangan akan menjadi lebih bijak dalam mengelola keuangan mereka serta dapat membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya sekedar menjadi keinginan dalam membeli suatu barang supaya para pelajar terhinar dari perilaku konsumtif. Kemudian kedua, pelajar juga perlu mengetahui bahwa literasi keuangan merupakan salah satu bentuk investasi jangka panjang yang akan sangat berguna di masa depan. Mereka dapat melihat dan berspekulasi dengan wawasan dari hasil literasi keuangan. Ketiga, pelajar mememiliki kondisi keuangan yang lebih stabil dengan literasi keuangan. Literasi membantu pelajar untuk memetakan kondisi keuangan yang dimiliki, sehingga stabilitas keuangan tetap terkendali. Terakhir, keempat, penggunaan produk serta jasa keuangan menjadi meningkat.

Tentu dari manfaat tersebut akan ada faktor yang memengaruhi literasi keuangan di kalangan para pelajar supaya menjadi pelajar yang memiliki langlah awal bijak mengelola keuangan. Faktor pendorong tersebut menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat literasi keuangan adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Sedangkan menurtu bebrapa ahli seperti Ansong & Gyensare (2012) faktor yang mempengaruhi literasi keuangan, antara lain: usia, pengelaman kerja, pendidikan ibu dan jurusan saat kuliah dan menurut Riski dan Rini (2015), menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi literasi keuangan adalah gender dan tingkat pendidikan. Kesimpulan yang saya ambil dari beberapa faktor tersebut, saya menyoroti bahwa pendidikan disebutkan disetiap  pernyataan yang ada. Berarti memang pendidikan adalah hal yang sangat penting terutama pelajar untuk menjadi langkah awal supaya menjadi pelajar yang bijak didalam mengelola keuangaan. Lalu bagaiman caranya supaya pendidikan dapat menjadi tempat yang tepat untuk mengedukasi para pelajar supaya bijak dalam mengelola keuangan? Dimulai dari guru disekolah yang mengenalkan sistem iuran kelas atau yang biasa kita kenal dengan kas kelas, dari hal tersebut para pelajar tentunya mau tidak mau akan menyisihkan uang saku untuk dibayarkan ke pada bendahara kelas sebagai wujud tanggung jawab sebagai warga kelas nya.

       Kemudian dari orang tua, orang tua juga merupakan sumber pendidikan anak bahkan pendidikan pertama mereka sebelum anak menjadi pelajar, orangtua hendaklah mengedukasi ankanya dengan cara membiaskan diri dengan enabung dan tidak menuruti semua keinginana anak dalam meminta sesuatu, bukannya karena orang tua pelit, melainkan untuk mengajarkan anak supaya tidak menjadi pribadi yang konsumtif di masa depan. Pada pelajar sendiri terutama pada pelajar sekolah menengah tentunya akan mendapatkanpelajran ekonomi serta akuntansi, memangtidak semua pelajar mednapatkan pelajar tersebut, tetapi pasti ada yang mendpatkan pelajar tersebut dan menguasi pelajar didalamnya seperti tentang inklusi, faktor pendorong ekonomi di Indonesia, kemudian penggunaan keuangan yang bijak. Apabaila memang peljar ada yang tidak mendapatkan pengethuan tentangsemua ini pelajar setidaknya pernah mendengar tentanhg hal tersebut dan bahkan bisa bertanya kepada teman-temannya. Jadi antar pelajar juga harus saling mengingatkan betapa pentinnya literasi keuangan. Misalnya saja seorang pelajar yang memeiliki tabunagan dengan pelajar yang tidak memeiliki tabungan maupun investasi di masa depan akan cenderung kesulitan dalam finansial di masa depan. Ketika pelajar mendpatkan dukungan dari teman, keluarga, serta guru disekolah dalam hal misal menabung itu tadi maka pelajar juga akan merasa termotivasi melakukan kegiatan menabung tersebut.

Kesimpulannya literasi keuangan di kalangan pelajar perlu ditingkatkan lagi, karena hal tersebut dapat menjadi usaha atau upaya awal supaya pelajar dapat menjadi pelajar yang bijak dalam menggunakan keuangan mereka dan lebih selektif dalam memilah mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang menjadi keinginan saja. Dalam menjalani kehidupan, kebahagiaan tidak selalu harus dicapai melalui nilai kekayaan yang besar, karier yang sangat tinggi, dan sebagainya, tetapi sebenarnya kebahagiaan dapat dicapai melalui penerimaan atas keadaan yang ada.

Dengan memahami dan melaksanakan manajemen keuangan pribadi, maka kita telah mengetahui tujuan tertinggi dan bagaimana mencapainya. Pengelolaan keuangan pribadi sangat membantu untuk menjalani aktivitas secara terencana secara finansial. Literasi keuangan adalah kemampuan (kecakapan) seseorangan dalam membuat keputusan yang efektif berhubungan dengan keuangannya. Literasi keuangan membantu individu terhindar dari masalah keuangan terutama yang terjadi akibat kesalahan pengelolaan keuangan. Literasi keuangan dalam bentuk pemahaman terhadap semua aspek keuangan pribadi bukan ditujukan untuk mempersulit atau mengekang orang dalam menikmati hidup, tetapi justru dengan literasi keuangan, individu atau keluarga dapat menikmati hidup dengan mendayagunakan sumberdaya keuangannya dengan tepat dalam rangka mencapai tujuan keuangan pribadinya. Pentingnya literasi keuangan bagi individu bukan sekedar sebagai ilmu pengetahuan ataupun teori saja, tetapi diharapkan dapat membuat individu lebih bijaksana dan pandai dalam mengelola aset yang dimilikinya sehingga dapat memberikan timbal balik yang bermanfaat dalam menyokong keuangan individu baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

 

Referensi:

Wawancara dengan bapak Anjar Miska Prayoga, Guru Ekonomi SMA Al Islam 1 Surakarta, pada tanggal 20 Oktober 2023.

Wawancara dengan Ibnu Mas’ud, pelajar kelas Xl.2 SMA Al Islam 1 Surakarta, pada tanggal 20 Oktober 2023.

Wawancara dengan Raden Hario Bimo, pelajar kelas Xl.3 SMA Al Islam 1 Surakarta, pada tanggal 20 Oktober 2023.

Wawancara dengan Abna Fayyad Ghifari, pelajar kelas Xl.9 SMA Al Islam 1 Surakarta, pada tanggal 20 Oktober 2023.

Wawancara dengan Haniif, pelajar kelas Xl.2 SMA Al Islam 1 Surakarta, pada tanggal 20 Oktober 2023.

BPS.go.id. (2019). Ekonomi Indonesia Triwulan II 2019 Tumbuh 5,05 Persen. Badan Pusat Statistika.

Clichici, D., & Moagÿr-poladian, S. (2022). Literasi Keuangan , Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Pengembangan : Analisis Lintas Negara. 1, 35–50.

Damayantie, A. R. (2015). Literasi dari era ke era. Sasindo: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 3(1).

Isna, S., R., & Pratama, M., A., (2022). Tingkat Literasi dan Inklusi Keuangan Nasional Rendah, OJK: Pelajar Indonesia Rentan dari Sisi Keuangan. Retrieved from:https://money.kompas.com/read/2022/10/28/205000926/tingkat-literasi-dan-inklusi-keuangan-nasional-rendah-ojk–pelajar-indonesia?page=all, pada 19 Oktober 2023, 12.00 WIB.

Laily, N. (2016). Pengaruh literasi keuangan terhadap perilaku mahasiswa dalam mengelola keuangan. Journal of Accounting and Business Education, 1(4).

OJK. (2017). Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (Revisit 2017). Otoritas Jasa Keuangan, 1–99.

Pulungan, D. R., Khairani, L., Arda, M., Koto, M., & Kurnia, E. (2019, October). Memotivasi Anak Usia Dini Menabung Demi Masa Depan. In Prosiding Seminar Nasional Kewirausahaan (Vol. 1, No. 1, pp. 296-301).

Rikayanti, V. R., & Listiadi, A. (2020). Pengaruh literasi keuangan, pembelajaran manajemen keuangan, dan uang saku terhadap perilaku menabung. Jurnal Pendidikan Akuntansi (JPAK)8(3), 125-132.

Sadri, M. (2019, October). Pemberdayaan siswa melalui edukasi keuangan sejak dini sebagai upaya pembentukan karakter cerdas mengelola uang. In Prosiding Seminar Nasional Kewirausahaan (Vol. 1, No. 1, pp. 290-295).

Suryandani, W., & Tahwin, M. (2020). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Literasi Keuangan UMKM Batik Tulis Lasem di Kabupaten Rembang. BBM (Buletin Bisnis & Manajemen)6(2), 108-117.

Wachtel, P., Stern, S. B., & York, U. N. (2002). Pertumbuhan dan Keuangan : Apa yang Kami Ketahui dan Bagaimana Kami Mengetahuinya. 29–30.

Wulandari, D. A., & Susanti. (2019). Pengaruh Literasi Keuangan, Inkluisi Keuangan, Uang Saku, dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Menabung Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Pendidikan Akuntansi, 07(02), 263–268.

Yushita, A. N. (2017). Pentingnya literasi keuangan bagi pengelolaan keuangan pribadi. Nominal Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen, 6(1), 11-26.

Zulaika, M. D., & Listiadi, A. (2020). Literasi Keuangan, Uang Saku, Kontrol Diri, dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Menabung Mahasiswa. Ekuitas: Jurnal Pendidikan Ekonomi8(2), 137-146.

 

 

What’s your Reaction?
+1
11
+1
0
+1
13
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Apakah anda menyukai artikel ini ?

sszomii

Saya Rovianna Saomi Kinaryar. Pelajar kelas 11 di SMA Al-Islam 1 Surakarta. Saya mengikuti kompetisi ini guna mengasah kemampuan berkompetisi Saya.

Add comment