Contest Solopos

Generasi Z Harus Banget Ngikutin Beauty Standard? 2

Kenapa harus jadi orang lain?
Kenapa harus berubah demi mendapat pengakuan?

 

Cantik itu kalau kulitmu putih!

Cantik itu kalau wajahmu mulus, ga jerawatan!

Cantik itu kalau badanmu langsing terus rambutmu lurus!

Ucap orang-orang di media sosial..

 

Beauty Standard itu apa sih?

Anindya Restuviani, seorang Direktur Program Jakarta Feminist berpendapat, beauty standard adalah syarat atau karakteristik, biasanya disesuaikan dengan gender, seperti pria atau wanita cantik dinilai dari standar tertentu. Kecantikan merupakan sesuatu yang sangat melekat bagi kaum wanita. Cantik itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang indah dan menarik. Kriteria cantik seorang wanita adalah bertubuh ideal; berkulit putih; dan berambut lurus, hitam, serta panjang.

Dapat diartikan beauty standard merupakan standar yang harus dicapai oleh setiap wanita apabila ingin di cap menjadi wanita yang “cantik”. Miris memang kalau semuanya dituntut menjadi sama padahal semuanya terlahir dengan karakteristik fisik yang jelas berbeda.

 

Sebenarnya bagaimana beauty standard itu dapat tercipta?

Ternyata Beauty Standard sudah ada sejak dulu loh. Meiliana menjelaskan pada tahun 1950-an Aktris Marilyn Monroe memiliki tubuh yang ideal dan montok dengan berat badan 67 kg dan tinggi 163 cm. Namun anehnya Marilyn Monroe saat itu dijadikan standar kecantikan. Seiring berjalannya waktu standar kecantikan selalu berubah-ubah. Berarti standar kecantikan ini disebabkan oleh faktor yang ter-amat kompleks. Kehadiran sosial media dan pola pikir setiap individu menjadi pemicu utama munculnya beauty standard ini. Bagaimana tidak? Mulai dari produk kecantikan yang diiklankan, selebriti cantik yang menghiasi beranda media sosial, hingga banyaknya perhatian yang didapatkan dari lawan jenis melalui foto yang diunggah oleh wanita-wanita cantik itu.

 

Kemudian alasan apa yang membuat kita semua harus menjadi “cantik” ?

Banyak wanita yang akhirnya berusaha sangat keras untuk dianggap “cantik” sesuai standar kecantikan yang ada karena nyatanya “lu cantik lu aman” kalimat yang terasa tidak asing terdengar di telinga kita semua bukan? Tapi nahasnya kalimat itu benar adanya. Wanita cantik yang membuat kesalahan pasti lebih bisa di maklumi dibandingkan dengan wanita yang memiliki paras biasa saja. MIRIS tapi memang begitulah kenyataannya.

 

Jadi apabila ditanya “Setuju atau tidak, masyarakat sering merasa harus memenuhi beauty standard yang telah ditetapkan di media sosial?” jawabannya adalah “iya”

Tetapi, apakah kita sebagai gen Z semua harus mengikuti beauty standard yang telah ditetapkan di media sosial? Jawabannya adalah “TIDAK”

 

Setiap wanita diciptakan dengan keunikannya masing-masing. Rambut yang keriting atau lurus, badan yang mungil atau tinggi, kulit yang putih atau gelap. Semua sama indahnya. Siapa mereka berani menilai kita cantik atau tidak? Namun jika kita tidak bisa menerima diri kita sendiri, bagaimana dengan orang lain?

Jangan lupa kecantikan seseorang bukan hanya dilihat dari fisik luarnya saja melainkan dari dalam diri kita sendiri juga. Inner beauty diartikan sebagai kecantikan yang berasal dari faktor psikologis, meliputi kepribadian, kebijaksanaan, kecerdasan, kesopanan, kesabaran, kharisma, integritas, simpati, empati, dan kasih sayang. Inner beauty berlaku sepanjang masa, berbeda dengan outer beauty yang akan hilang seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu inner beauty dan outer beauty harus berjalan seimbang.

Cantik itu relatif dan orang lain tidak memiliki hak untuk menilai apakah kita cantik atau tidak. Diri kita sendiri yang tahu bagaimana cara agar terlihat cantik. Setiap orang punya cara dan standar cantiknya masing-masing. Dan media sosial akan terus menjadi momok mengerikan apabila kita tidak bisa mengendalikannya.

 

Be Smart, don’t let Beauty Standard Make You Look Like a Fool!

Toh kalau ngikutin beauty standard ga bakal ada habisnya, percaya deh!

 

 

What’s your Reaction?
+1
0
+1
0
+1
3
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Apakah anda menyukai artikel ini ?

agathayesia _

Mahasiswa Semester 5 Jurusan D3 Komunikasi Terapan di Universitas Sebelas Maret yang memiliki banyak pengalaman di bidang Komunikasi. Mempunyai kemampuan untuk membuat konten plan, mengelola event, membuat konten kreatif dan bekerja dalam tim. Seseorang yang memiliki kemauan dan motivasi yang tinggi. Memiliki keinginan untuk meningkatkan kemampuan di bidang komunikasi di industri kreatif.

Add comment