Menghemat uang ala si bungsu
Aku adalah anak bungsu yang jauh dari kata mewah dan serba keturutan. Aku terlahir dari keluarga yang secara ekonomi yang berkecukupan walaupun orang-orang memandanku seorang bungsu yang sangat amat manja dan apa yang aku inginkan akan selalu terpenuhi tapi itu salah. Seringkali hatiku iri melihat teman-temanku bisa beli ini itu, sedangkan aku yang pengen sesuatu harus berangan-angan dulu. Ketika aku kecil mainanku tidak sebanyak yang dimiliki teman-temanku, sehingga kerap kali aku meminjam milik mereka dan merengek kepada ibuku agar dibelikan.
Ibuku yang tidak memiliki uang untuk menuruti keinginanku sering bilang “besok yaaa kita jalan-jalan lihat-lihat dulu” meskipun ucapan itu tidak serta merta menuruti keinginanku, aku yang belum mengetahui kondisi ekonomi keluarga sering marah dan nangis seharian. Namun ibuku selalu memiliki ide cemerlang entah aku diajak main ke sungai, sawah, atau sekadar jalan-jalan keliling kampung.
Aku ingat waktu sekolah TK dulu, aku tidak pernah diberi uang saku. Tapi aku selalu diberi bekal sekotak nasi dengan lauk seadanya. Saat kenaikan kelas TK, ibuku memberikan tantangan kepadaku, “kalau nilaimu bagus, ibu belikan mainan di bapak itu”. Aku mendengar kalimat itu seketika langsung bersemangat ketika berada di kelas dari pada hari-hari sebelumnya. Semangat yang muncul ini membawaku mendapatkan hadiah yang aku tunggu, dan pada akhirnya aku mendapatkannya juga.
Ketika aku memasuki Sekolah Dasar, aku mulai diberi uang saku. Saat kelas 1 aku mendapat uang saku 1500 rupiah, aku tahu tidak banyak jajanan yang dapat aku beli dengan uang di genggamanku ini. kemudian.
Setiap aku naik kelas, uang sakuku bertambah. Saat aku duduk di bangku kelas 6, aku diberi uang saku sebesar 2000 rupiah setiap hari. Aku juga diberi bekal dengan lauk mie goreng + telur . Uang saku yang ibu beri aku masukkan dalam celenganku, harapanku saat besar nanti bisa aku puaskan dengan memecah celengan. Bekal yang aku bawa saat kelas itu tidak berubah lauknya setiap hari, hanya itu-itu aja sehingga aku sering diledek dengan makan mie goreng+ telur sandal.
Bukan itu aja, botol minum yang sering aku bawa adalah botol air mineral bekas karena ibuku tidak mau membelikan aku sebuah botol minum dengan alasan menghemat uang. Hal itu membuatku juga sering diledek teman sekelas, aku merasa sungguh sedih dan sering malas untuk berangkat ke sekolah.
Cara hidup hemat yang selalu ibu terapkan dalam keseharian membuatku meniru sikapnya hingga aku SMP. Saat aku SMP keluargaku tidak kekurangan seperti saat aku kecil dulu. Ibuku sudah bekerja di sebuah rumah sakit untuk membantu bapakku membiayai uang sppku. Uang sakuku sehari adalah 5000 rupiah. Di samping itu aku masih sering bawa bekal untuk menghemat pengeluaran dan untuk menabung. Aku sering menyisihkan 2000 rupiah setiap harinya, memang sama saja sih jajannya dengan saat aku TK tetapi berbeda dengan perjalanan sekolah yang sangat amat jauh dari rumahku.
Saat aku jajanpun aku sering ditertawai oleh temanku karena irit banget hanya mengeluarkan 500 rupiah pada setiap penjual, namun tawa yang mereka lontarkan bukanlah ejekan seperti yang dilakukan teman SDku melainkan sebuah hal yang mengherankan. Teman-teman SMPku malah ingin menitipkan uangnya padaku berharap kalau uangnya dipegang aku bisa tambah banyak, padahal itu semua juga tergantung usaha menahan hawa nafsu juga.
Ketika aku sudah berada di bangku SMK, aku berkeinginan untuk memiliki sebuah ponsel. Perjalanan menuju sekolah sekarang jauh menjadikan aku harus naik motor setiap hari. Namun uang sakuku melonjak tinggi, ibuku memberi 15.000 rupiah setiap kali aku berangkat. Namun kebutuhan sekolah juga semakin banyak membuatku lebih mengikat nafsu makan, padahal jajanan di SMK jauh lebih menggoda dari tingkat sekolah sebelumnya.
Aku putar otak untuk selama 2 minggu setiap bulannya. Aku tidak akan mengeluarkan uang untuk jajan, dan ideku itu didukung oleh bekal yang selalu aku bawa sehingga tidak lapar saat di sekolah.
3 tahun berlalu, aku menginjak kelas 3 semester 2 akhirnya hal yang selama itu aku impikan bisa aku wujudkan. Dengan memecah celenganku dengan ditambah uang tabungan yang tersisih selama aku SD dan SMP. Aku begitu senang mendapat pengalaman yang luar biasa dalam hidup ini, walaupun harus mengalami ejekan. Ini adalah suatu cerita yang saya sendiri alami hingga saat kuliah saat ini dan ini semua tidak luput dari didikan kedua orang tua saya yang selalu mengajarkan saya untuk disiplin soal uang bukan soal perhitungan atau pelit tapi soal disiplin.Terima kasih ibu dan bapak telah mengajariku untuk mengelola uang dengan bijak.
Jadi yang harus kita lakukan menurut pengalamanku jika kita semua ingin menghemat uang untuk masa depan ada 3 menurut pengalamanku :
1. Kalian harus menyisihkan sebagian uang jika kalian benar-benar menginginkan sesuatu.
2. Kalian tidak boleh gengsi lakukan sesuai batas yang kita miliki.
3. Tidak bergaya dengan konsumtif atau jika kalian ingin hemat dan bisa membeli yang apa kalian inginkan jangan terlalu membesar gaya dan selalu pertimbangan apa yang kalian inginkan.
Add comment