Masa muda adalah masa yang sangat menyenangkan bagi semua orang. Mengapa begitu? Dikarenakan masa muda merupakan masa dimana kita mencari jati diri sebenarnya. Tentu masa muda sangat menyenangkan karena masih di zona belajar dan main, belum memikirkan banyak hal. Seiring berkembangnya zaman, masa muda anak zaman sekarang sudah digandrungi dengan yang namanya sosial media. Kalau orang tua zaman dahulu mungkin hanya mengenal TV, anak zaman sekarang sudah lebih canggih lagi karena ada sosial media. Ngomongin sosial media itu sama halnya kita menaruh gambaran pada pisau, selalu ada dua sisi yang bisa kita pilih yaitu manfaatnya atau bahayanya. Jadi, anak muda itu bisa banget mendapat manfaat dari sosial media kalau bijak dalam menggunaknnya, begitupun sebaliknya jika tidak bijak dalam menggunakan akan mendapat dampak buruknya. Berkaitan dengan hal itu, ada sebuah cerita yang ungkin bisa diulik manfaatnya oleh anak muda yaitu sosok pemudi Wonogiri menjadi delegasi UNICEF di Peringatan Hari Anak Sedunia berkat nulis dan aktif di sosial media.
Wah, kalau dilirik jadi judulnya sekilas tidak menyangka, tapi memang sudah terjadi oleh sosok pemudi asal Wonogiri ini. Yaps, halo teman-teman ini adalah ceritaku saat menjadi peserta Take Over The Media on World Children Day 2021 oleh UNICEF dan Dinas Perempuan dan Anak Provinsi Jawa Tengah. Perkenalkan, namaku adalah Hafshah Al Qoni’ah, bisa dipanggil Hafshah. Pemudi kelahiran Wonogiri, 4 Januari 2003 yang mempunyai hobi menulis, membaca, dan traveling.
Sejak SD aku sudah hobi menulis puisi, cerpen, dan juga membaca buku serta majalah. Dulu, menulis hanyalah sekadar menulis, belum bisa dikategorikan sebagai hobi yang menghasilkan. Konon katanya, kita harus mempunyai 3 hobi, dimana salah satunya kalau bisa hobi kita bisa menghasilkan uang. Dari kata motivasi tersebut, aku mulai berpikir keras bagaimana sih caranya agar hobi kita ini bisa menghasilkan uang. Balik ke momen di tahun 2017, saat itu aku masih berada di bangku SMP di Wonogiri dimana sekolahku saat itu sudah melek literasi bagi siswanya. Aku sering ditunjuk untuk mengisi kolom puisi di majalah sekolah saat itu. Motivasiku kemudian berkembang tidak hanya menjadi pengisi majalah di sekolah tapi juga punya tekad bisa mengisi majalah di luar. Seorang pembina OSIS yang selalu memotivasiku, karena beliau selain menjadi guru olahraga juga aktif menulis di majalah smarteen, yang kemudian memberikan motivasiku untuk berkembang lagi. Hingga saat itu aku bisa mengenal solopos juga berkat pembina OSIS yang menyarankan kami membuat acara literasi siswa dengan narasumber wasis atau wartawan siswa solopos.
Berawal dari hal sederhana tersebut, aku bisa mengenal dunia lebih luas lagi terkait dunia literasi dan perkembangannya dari bilik bangku SMP. Dari situlah aku memilih untuk SMA di Kota Solo agar bisa mengembangkan prestasiku jauh lebih luas lagi. Tetap kembali pada hal yang sama, saat di Solo pun aku sebagai anak asrama kala itu rela membeli koran solopos pada hari minggu untuk update konten apa yang harus dikirim. Dari situlah, aku rajin mengirim tulisan di kolom remaja di koran solopos dan rasanya senang karena bisa dimuat beberapa kali bahkan bisa diwawancarai oleh wartawan siswa. Sebelumnya memang aku pernah mendaftar wartawan siswa namun belum lolos, tapi aku tak pernah menyangka bahwa malah pada akhirnya aku yang diwawancarai oleh wartawan siswa.
Perjalanan menulis tidak hanya berhenti di bangku SMA, bahkan saat memasuki bangku perkuliahan meskipun saat itu masih pandemi aku tetap mencoba aktif di sosial media. Dikaenakan pengalaman organisasi sedari SMP, akhirnya membuatku tetap aktif sampai bangku kuliah. Sosial media saat itu hanya ku gunakan untuk mencari informasi lomba, kegiatan positif, dll. Kebetulan memang isi sosial mediaku pun konten untuk lomba. Prinsipku adalah apapun itu asal bermanfaat, aku kan mengambil kesempatannya. Pada akhirnya saat itu aku mengikuti rangkaian kegiatan dari UNICEF yang bernama tantangan kebaikan di instagram selama 7 hari. Tak disangka dari aktif di sosial media tersebut, aku terpilih menjadi salah satu peserta konferensi kebaikan Indonesia 2021 oleh UNICEF dimana kita berdiskusi langsung dengan Menteri Pendidikan RI yakni Pak Nadiem Makarim, Kak Najwa Shihab, Lee Min Ho, dll. Setelah itu dibentuklah forum alumni konferensi UNICEF per daerah dan aku masuk Jawa Tengah.
Tak disangka, usai konferensi, aku dihubungi ketua forum konferensi Jawa Tengah untuk menjadi delegasi Kab. Wonogiri dalam Take Over Media “Be Journalist” oleh UNICEF dan Dinas Perempuan dan Anak Provinsi Jawa Tengah selama 3 hari di Semarang. Acaranya saat itu kita dipiliih untuk merasakan sehari menjadi jurnalis di Jawa Pos radar Semarang, Radio Elshinta, dan meliput kegiatan Peringatan Hari Anak Sedunia di Jawa Tengah bersama Gubernur Jawa Tengah yakni Pak Ganjar Pranowo. Pengalaman yang luar biasa tanpa usaha yang mudah, tentu semuanya berbekal dari pengalaman menulis untuk bisa terpilih di dalamnya.
Betul-betul pengalaman luar biasa, berkat pengalaman nulis di Solopos hingga menjadi delegasi UNICEF di Provinsi. Memang, setiap kesempatan selalu kucoba dan akhirnya beruntung menjadi hal yang luar biasa. Rasanya seperti hobi yang dituntun untuk menjadi kesempatan besar.
Itulah pengalamanku tentang berkat menulis dan aktif di sosial media yang kemudian seorang pemudi wonogiri ini menjadi delegasi UNICEF di Peringatan Hari Anak Sedunia. Meskipun anak daerah, kalau kita rajin menggali potensi dan bisa memanfaatkan sosial media dengan baik, semua kesempatan bisa diraih. Kuncinya ada pada diri kita sendiri. Meskipun di era sosial media penuh hal-hal yang sering dianggap tidak bermanfaat, akan tetapi tidak semuanya seperti itu. Ibarat dua mata pisau, semakin kita bijak mengunakan sosial media untuk aktif dalam berkarya, semakin banyak kesempatan yang bisa kita raih.
Masya Allah keren kak
waww sangat asik dan informatif sekali🥰
Wah.. Kerem sih